Rabu, 24 Desember 2014

The Hobbit - Battle of the Five Armies [Movie Review]


Saya awali review film ini dengan mengatakan bahwa seri pamungkas The Hobbit ini bukanlah seri terbaik dari franchise Middle Earth arahan Peter Jackson, bahkan ini adalah seri paling mengecewakan menurut saya...

Perang Perang dan Perang, kalau mau diringkas itulah inti dari film ini, well judulnya sedikit banyak memang menyiratkan itu.. Entah mungkin Peter Jackson sudah kerasukan roh Michael Bay sehingga terlalu banyak adegan perang maha dahsyat yang lama-lama menjadi monoton dan membosankan. Mungkin keputusan membagi sebuah buku "tipis" menjadi tiga film sesungguhnya kurang tepat, terlalu banyak filler yang dipaksakan pada trilogi ini, jika dalam seri pertama (dan mungkin pada film kedua-nya) trilogi ini "masih" terlihat berjiwa, namun tidak pada seri terakhir ini, it totally lost it.

Visualisasi film ini memang tak tercela, namun entah kenapa saya masih lebih suka adegan-adegan perang pada trilogi Lord of the Rings yang walaupun dibuat dengan teknologi yang lebih "sederhana" namun terlihat lebih indah. Jika pada film pertama adegan Gandalf dan para kurcaci kabur dari kejaran troll sangat memorable, begitu pula di film kedua saat Bilbo dan para kurcaci kabur menggunakan barrel di sungai, maka tidak ada satupun adegan seperti itu di film ketiga ini, karena mungkin kadar action yang over dosis semua terlihat hambar.

Apalagi jika dibandingkan dengan seri penutup trilogi aslinya Lord of the Ring, yaitu Return of the King, yang sungguh sangat mengharukan dan menyentuh, Battle of the Five Armies gagal menciptakan efek yang sama, terkesan film ini hanya tampil melengkapi cerita yang tertunda.

MMDB : 75/100




The Hundred-Foot Journey [movie review]


Hassan Kadam dilahirkan menjadi seorang juru masak handal dan berbakat, bersama keluarganya dia terpaksa meninggalkan India setelah tragedi yang menimpanya dan keluarganya sehingga harus ber-migrasi ke eropa. Terjebak di sebuah desa kecil di pedalaman Perancis sang Papa justru memutuskan meneruskan usaha keluarga dan membangun restoran India disana, celakanya hanya 100 kaki dari restoran mereka telah berdiri sebuah restoran Perancis ternama yang menyandang predikat Michelin Star Restaurant.

Sebuah Feel Good movie yang ringan dan manis, dengan mengangkat tren seputar kuliner yang berpotensi membuat lapar.. Ceritanya cukup simple dan hangat, bahkan cenderung klise, namun disampaikan dengan cukup baik. Sajian yang pas untuk dinikmati saat bersantai dan mampu memberi semangat pada diri sendiri setelah menontonnya.

Sinematografi yang indah, musik yang juga pas. Sebenarnya agak disayangkan film ini tidak sekalian dibuat lebih otentik dengan lebih banyak menggunakan bahasa Perancis dan India, karena menurut saya itu akan jauh lebih menarik dibanding dengan Hollywood logic dimana semua orang dimanapun berbahasa inggris.

MMDB : 80/100