Kamis, 28 Agustus 2014

The Fault In Our Stars [movie review]


Satu lagi adaptasi novel young adult dari Hollywood, namun kali ini bukan kisah perjuangan fantasi menantang maut seperti Hunger Games atau Divergent, kini giliran novel Romance yang disadur menjadi film layar lebar, dan kali ini Hollywood melakukannya dengan baik.

Kisah cinta manis nan mengharukan tentang sepasang remaja pengidap kanker yang berusaha melawan penyakitnya sambil merasakan kisah cinta dalam bentuknya yang paling murni. Chemistry kedua pemeran utama terasa begitu pas, satu lagi penampilan prima dari Shailene Woodley yang sepertinya akan menjadi the next Jennifer Lawrence. Walaupun mampu membuat temen cewek ane mewek sampai bengkak matanya tapi untuk ukuran cowok sepertinya tidak terlalu memilukan, meski sempat menyentuh juga, terutama di bagian akhir.

Film ini mampu menggambarkan kisah penuh cinta, perjuangan, pengorbanan, persahabatan dengan tanpa dramatisasi berlebih yang lebay, kita diajak melihat kehidupan dari sudut pandang penderita kanker tanpa stereotype yang selama ini ada, melainkan bagaimana mereka melihat dunia secara lebih fun, enjoy, dengan keikhlasan yang tidak dibuat-buat.

Overall this is a nice, light, romantic movie, have a great time watching it :)

MMDB : 80/100

Kamis, 21 Agustus 2014

Guardians of the Galaxy "The BEST Marvel Movie - EVER!!!" [Movie Review]


Guardians of the Galaxy, diatas kertas tidak ada yang menyangka film ini bakal menjadi film keren, cast yang biasa saja, tokoh super hero yang bahkan mungkin baru pertama kali kita dengar, ini adalah sebuah usaha penuh resiko dari Marvel, namun ternyata film ini mampu mengembalikan Respect saya pada pabrik superhero yang satu ini. Ini adalah film Marvel TERBAIK yang pernah saya tonton.

Rilis di Indonesia sangat terlambat dibanding di Amerika sana, tidak tahu kenapa karena biasanya rilis film Marvel di Indonesia bersamaan dengan di Amerika, hal ini membuat saya sudah aware dengan reputasi film ini yang denger-denger bagus banget, ditambah skor 8,6 dari IMDB yang menguatkan kabar angin tersebut. Namun sengaja saya tidak membaca review film ini untuk mendapat elemen surprise dalam menontnnya, karena siapa yang tidak suka dengan kejutan yang menyenangkan, dan as i hope i was AMAZED with this movie...



Sesaat setelah prolog singkat masa lalu tokoh utama Peter Quill, kita diajak melompat 26 tahun kedepan dan memulai petualangan di luar angkasa. Dibuka dengan lagu Come and Get Your Love dari Redbone, kemudan tulisan besar Guardians of the Galaxy terpampang hampir memenuhi layar, saat itu juga saya sudah jatuh cinta pada film ini, dan saya yakin saya akan bersenang-senang selama dua jam kedepan.

Benar saja jalan cerita yang sebenarnya simple mampu disajikan dengan sangat fun oleh para penjahat[penjaga] alam semesta ini, kita dibuat masuk kedalam universe mereka dan care pada setiap karakternya tanpa terlalu banyak dramatisasi yang bertele-tele.



Yang paling JENIUS dari film ini adalah MUSIKNYA!! Menggabungkan lagu-lagu hits tahun 70an dengan backdrop angkasa luar dengan cara yang cerdas melalui kaset warisan "Awesome Mix Vol.1" dari ibu Peter berisi lagu-lagu pop kesukaan ibu Peter dari tahun 70an, absurd-nya lagu-lagu yang miss-fit dengan suasana luar angkasa tersebut mampu menjadi aspek paling asyik dan memorable dalam menonton film ini, saya tidak bisa berhenti tersenyum dan manggut-manggut sendiri mengikuti alunan musik.



Jelas film ini berkaitan langsung dengan universe Avengers Marvel, jika kamu teliti pasti kamu bisa menebak mana saja easter eggs tersebut, terutama berkaitan erat dengan film pertama Avengers.
Bisa dikatakan film ini adalah film pembuka dari franchise film Guardians of the Galaxy, tentu saja, dengan banjir pujian kritikus serta raihan Box Office yang gemilang tidak mengherankan kalau film ini segera dibuatkan sequelnya. Semoga film-film  Guardians of the Galaxy selanjutnya mampu mengulang kesuksesan film ini.

Terakhir, jika kamu menanti hidden scene pada akhir credit title film ini dan berharap akan melihat scene penting yang menghubungkan film ini dengan film Marvel selanjutnya, well kamu tidak perlu repot, karena hidden scene nya ternyata cuma gimmick humor semata, tidak krusial dan related dengan film Marvel selanjutnya.

MMDB 90/100


The Monuments Men [Movie Review]


Kisah Perang Dunia ke 2 salalu menarik untuk diangkat menjadi sebuah film, mungkin puluhan bahkan ratusan film bertema PD2 sudah dibuat, baik itu pure fiksi atau dengan embel-embel based on true story. Kali ini sebuah film PD2 dua dengan embel-embel true story kembali dibuat, menceritakan "kisah nyata" satuan khusus sekutu dalam mengamankan koleksi seni berharga eropa dari ancaman Nazi Jerman.

Premisnya sebenarnya menarik, dimana para pengamat seni yang notabene bukan sosok tentara ideal, harus ikut terjun ke medan perang untuk menyelamatkan koleksi berharga seni rupa eropa ditengah PD2. Namun formula keroyokan bintang-bintang papan atas Hollywood sekelas Clooney, Matt Damon, Bill Murray, sampai Cate Blanchett dirasa kurang chemistry, upaya menghasilkan Ocean's Eleven atmosphere dalam jajaran pemain di film ini bisa dibilang gagal. Minim konflik berarti dalam film dan penyajian yang standart membuat film ini kurang berjiwa.

MMDB  : 60/100



Jumat, 15 Agustus 2014

Transcendence [Movie Review]


Sudah lama rasanya tidak melihat Johnny Depp berperan tanpa berubah menjadi tokoh eksentrik, baik itu bajak laut dengan eyeliner hitam legam atau indian dengan burung mati sebagai hiasan kepala (well keduanya mirip sih), tapi sayangnya kehadiran Johnny Depp tampaknya tidak dapat membantu banyak di film ini, well mostly karena sebagian besar dia hanya tampil gambarnya saja di layar komputer sebagai Ai (artificial intelligent) atau kecerdasan buatan.

Ceritanya Tiga ilmuwan yaitu Max (Paul Bettany) dan tim suami istri Will (Johnny Depp) dan Evelyn (Rebecca Hall) telah mengembangkan kode pemrograman untuk yang pertama pada komputer. Ketika sekelompok teroris anti-teknologi membunuh Will maka Evelyn meng-upload otaknya menjadi prototipe superkomputer. Ai Will menjadi super powerfull setelah terhubung ke internet dan lambat laun berubah jadi ancaman baru karena memiliki kekuatan yang tidak terbatas.

Alurnya yang tidak konsisten membuat jalan cerita berjalan sangat lambat dan membosankan di awal film, parahnya itu tidak diimbangi dengan jalan cerita yang menarik di awal film dan pengembangan karakter juga dirasa kurang berhasil. Talent sekelas Morgan Freeman-pun hanya terkesan sebagai tempelan saja. Terlepas dari chemistry yang buruk dari suami istri Will (Johnny Depp) dan Evelyn (Rebecca Hall) justru karakter Max mampu menjadi scene stealer, hampir seperti Max memiliki rasa cinta pada Evelyn yang menjadi istri sahabatnya, hampir seperti itu (setidaknya yang saya lihat).

Baru menjelang akhir tempo film menjadi lebih cepat dan seru, namun usaha membuat twist ending juga terkesan tanggung dan inconclusive hanya menyisakan rasa bingung yang dangkal, yang seolah-olah (dapat) membuat film ini lebih "berat", tapi tidak sampai membuat kita geregetan seperti waktu menonton ending film Inception.

Terlepas dari itu semua harus diakui ide cerita film ini cukup menarik juga relate dengan kehidupan masyarakat modern yang terlalu bergantung dengan teknologi, pesan moral yang disampaikan setidaknya cukup mengena dan membuat kita berpikir what if...


Mmdb : 70/100



Kamis, 14 Agustus 2014

The Grand Budapest Hotel [movie review]


Sederet bintang papan atas Hollywood disatukan dalam ramuan tepat dalam sebuah film yang unik, quirky, dark sekaligus colorfull, mungkin generasi selanjutnya akan menyebut film ini sebagai Cult Movie. Penyutradaraan Wes Anderson sangat berpengaruh dalam menghasilkan segala sesuatu yang kita lihat di film ini. Tone warna pastel vanilla yang menjadi nuansa tersendiri, pergerakan kamera yang dinamis namun berkesan vintage sampai pergantian aspect ratio gambar yang silih berganti. semua diramu dengan pas menghasilkan sebuah masterpiece yang one of the kind.

Plot nya sebenarnya sederhana, sedikit dibuat flashback namun tetap linier. Ini bukan film yang "berat" dan susah diikuti namun kemasannya sangat anti mainstream dalam kapasitas yang dapat dengan mudah dinikmati, sebuah hal yang jarang ditemui, disanalah kejeniusan Wes Anderson dalam menyutradai film ini.


Perfoma prima dari sederet bintang papan atas Hollywood juga turut menjadi faktor yang membuat film ini berhasil. Mengenai jalan cerita lebih baik tidak saya ceritakan disini, lebih asyik menonton film ini secara clueless sehingga setiap plot dapat dinikmati seutuhnya. Well jika film ini ada dan terkubur dalam dvd koleksimu atau tersimpan jauh dalam hardisk mu segera tonton, relax dan nikmati petualangan menuju eropa di tahun 30an dengan sudut pandang yang unik. Selamat menonton...

MMDB : 90/100

Senin, 11 Agustus 2014

TMNT [2014] - Movie Review


Cowabungga!!!
Memori masa kecil kamu bakal dimanjain dengan film ini. Karakter  TMNT digambarkan fun dan kocak,  sesuai dengan yang saya ingat semasa series nya diputer di TVRI jaman esde dulu (tua bgt yak). Leonardo sebagai pemimpin yang paling dewasa, Raphael digambarkan paling kuat dan galak, Donatello yang pintar dan nerdy, dan favorit saya Michelanggelo yang selengehan.

Film ini sendiri berjalan cukup simple, jalan cerita yang ringan cenderung comedic tidak dark seperti Dark knight atau Amazing Spiderman, mungkin karena diusung oleh Nickelodeon sehingga dibuat supaya children friendly. Jelas diplot sebagai re-boot yang diharapkan berlanjut sebagai sebuah franchise besar nantinya, karena cerita TMNT entah kenapa tidak pernah menjadi franchise yang serius, padahal karakternya sudah cukup dikenal. Tapi melihat versi 2014 ini saya optimis akan kelangsungan franchise TMNT.

Sebelumnya saya sempat salah sangka kalau directornya Michael bay ternyata dia cuma berperan sebagai produser (fiuhh), sutradara film ini adalah Jonathan Liebesman yang sebelumnya menyutradarai Wrath of The Titans dan Battle : Los Angeles yang ternyata lebih baik daripada Bay. Sebagai pilot dari (yang diharapkan) sebuah franchise, penyutradaraan Jonathan Liebesman cukup berhasil.

Well banyak scene keren dan lucu di film ini, scene di bukit salju sangat keren, scene di lift lucu abiez dan jokes-jokes Michelangelo selalu membuat ketawa. Walaupun ada saja movie logic yang janggal dan beberapa plot hole namun masih oke lah, tentu saja si sexy Megan Fox juga menjadi daya tarik tersendiri, after all this movie is worth your time.


Mmdb : 80/100

Kamis, 07 Agustus 2014

Trend [latah] Olahraga

Beberapa tahun lalu, sudah agak lama sempat ada waktu dimana Nge-Gym menjadi sangat populer, waktu itu sepertinya semua orang jadi member gym, termasuk saya, seperti yang bisa dilihat sekarang, well that didn't work :p
Tren olahraga berkembang silih berganti di masyarakat, masih segar di ingatan kita belum lama ini semua orang menggilai sepeda, mulai dari sepeda lipet, sepeda gunung, sepeda fixie sampai sepeda roda tiga, orang-orang rela menghamburkan jutaan bahkan puluhan juta untuk sebuah sepeda dan aksesorisnya.


Seperti umumnya tren pada waktunya akan memudar dengan sendirinya, sisanya bisa kita lihat di garasi-garasi (setidaknya) di sepanjang perumahan tempat tinggal saya, ditutupi debu tebal, sepeda-sepeda seharga motor baru itu bertengger dengan damai. Mau dijual sayang, dibiarin juga ga kepake lagi.
Nah sekarang trend paling baru adalah Lari, ya, lari. Kali ini tren olahraga lari melambungkan usaha penjualan sepatu, warna-warni running shoes dijamin bertebaran tiap pagi dan sore di lapangan-lapangan dekat rumah. Sampai banyak event lari diadakan dengan uang pendaftaran yang tidak murah, dengan modal medali seharga (sekitar) 20k dan kaus partai yang kurang lebih sama harganya, peserta "membayar" untuk ikut lari di event tersebut, bahkan banyak yang rela jauh-jauh datang dari tempat lain untuk ikut berpartisipasi.


well setidaknya tren olahraga adalah tren yang positif, mungkin dalam satu-dua tahun tren ini akan memudar dan muncul tren olahraga yang lain, panjat tebing? hula-hop?

Bali : Pulau seribu Festival [Kali ini bukan review film]

Entah kapan tepatnya Bali sebagai tujuan utama wisata di indonesia mulai mengasimilasi trend penyelenggaraan festival-festival seperti yang lebih dulu ada di tempat lain, festival disini lebih sering berdasarkan lokasi mulai dari kuta karnival, sanur village festival sampai nusa dua fiesta dan banyak lagi...


Jika festival-festival diatas umumnya diselenggarakan oleh semacam pemerintah setempat (ga tau juga saya pastinya) nah belakangan muncul festival yang pure swasta, memang jadinya ada HTM untuk memasuki area festival, tapi bintang tamu yang ditampilkan juga ga tanggung-tanggung, salah satunya Jazz Market by the sea yang diadain Taman Bhagawan Benoa, dengan special perfomance dari Tulus :D


Ya, Tulus!!! kalo ga salah itung ini kali kedua Tulus manggung di Bali, waah can't hardly waiting nih sampai tanggal 16. Walaupun tiketnya lumayan, tapi kalo Tulus yang manggung wajib ditonton itu...
Untuk info lengkap bisa diakses disini http://www.jazz-market.com/
Setelah Jazz Market yang ga kalah seru adalah SVF atau Sanur Village Festival, festival ini menurut saya masih yang paling baik diantara yang lain, lokasi yang convenience, gratis, artis-artisnya lumayan dan yang paling penting makanan yang dijual enak-enak hehehe...

Rabu, 06 Agustus 2014

Divergent [2014] - movie review


Fenomena adaptasi novel menjadi film layar lebar memang tidak ada habis-habisnya di Hollywood, setelah lepas dari saga Twilight yang melelahkan karena kita (dipaksa) memelototi close up wajah Edward Cullen selama empat seri filmnya kini kita disuguhi universe post apocalyptic bertitel Divergent.

“Divergent” menceritakan dunia masa depan dimana manusia dibagi menjadi lima faksi menurut karakteristik mereka masing-masing. Kelima jenis kategori tersebut adalah Candor (jujur), Erudite (genius), Amity (suka damai), Dauntless (pemberani) dan Abnegation (penolong tanpa pamrih).
Sedangkan untuk kategori "Divergent" adalah kategori yang tidak termasuk ke dalam kelima jenis kategori karakteristik tersebut karena memiliki berbagai macam kepribadian yang menonjol dalam dirinya. 

Tokoh utama kita Tris diperankan oleh Shailene Woodley seperti judulnya adalah seorang Divergent, yang berasal dari faksi Abnegation. Tokoh perempuan sebagai tokoh utama sepertinya menjadi pakem tersendiri untuk novel Young Adult, mulai dari Twilight, City of Bones, sampai idola saya Katniss Everdeen semuanya kaum Hawa, namun disini menurut saya Tris tidak se-tegar Katniss, Tris terasa lebih soft, dan sudut pandang feminim masih sangat kental, baik di bukunya maupun filmnya, kecenderungan Four (Love interest Tris) - sentris juga terasa seperti pemujaan terhadap Edward Cullen di saga Twilight. 

Overal saga ini cukup menjanjikan dan sepertinya akan berlanjut. Well setidaknya lebih baik dari City of Bones yang kelewat mengecewakan.

MMDB 80/100

 
 

500 Days of Summer [2009] - (still) the best ROMCOM ever!!!


Entah sudah berapa kali saya nonton film ini, setelah menulis ini rencananya saya akan nonton film ini sekali lagi, ya film ini memang sangat cocok ditonton waktu lagi galau, wah malah jadi curhat :p

Hm... mulai dari mana ya, begini, sebagai cowok, film ini terasa bisa mewakili, karena sangat jarang ROMCOM yang dituturkan dari sudut pandang laki-laki. Cerita yang disuguhkan sebenarnya cukup klise, Boy meet girl, Boy fell in love with that girl, Boy di PHP-in (jlebb) namun alur yang tidak linier, dose of truth yang menyakitkan tanpa dibumbui sugar icing khas Hollywood, dan penggambaran situasi yang kreatif membuat film ini tampil begitu beda dan memorable. Jajaran soundtrack yang apik juga menambah daya tarik film ini.

Sebenarnya alur film ini bisa dibilang lambat, tapi semua disajikan dengan menarik sehingga kita tidak bosan, perfect cast, chemistry yang ditampilkan dua tokoh utama terasa begitu real. Jika film ROMCOM lain tampil penuh dramatisasi maka 500 days of summer tampil satir namun tetap manis.

Film ini masuk list #10 film terbaik menurut saya

MMDB 98/100




Need For Speed 2014. [personal movie review]


Film yang diadaptasi dari game sering kali Flop dipasaran, sebut saja Street Fighter, Mortal Kombat, Final Fantasy dan masih banyak lagi, namun ada pula yang sukses seperti saga Resident Evil dan (mungkin) Tomb Rider.

Need For Speed hadir sebagai film bertema balap jalanan ditengah dominasi Fast and Furious yang telah menjadi jawara film tema sejenis selama lebih dari satu dekade. Sebagai Non-Gamers jujur saya tidak terlalu mengerti universe NFS, tapi sempat sekali saya memainkan game tersebut di PS3 dan memang, visual di film nya benar-benar sesuai dengan game nya, jadi dari segi konsistensi antar game dan film NFS patut diacungi jempol.

Baiklah dari segi cerita film ini agak kedodoran di awal, cukup seru ketika mulai masuk di pertengahan. Perjalanan di tengah film menurut saya lebih menarik untuk disimak, dibandingkan race pamungkas di akhir film. Selebihnya Hollywood movie 101 diterapkan film ini, Female character yang jadi love interest, kehilangan yang jadi spirit balas dendam, karakter black yang banyak bicara, dan yang wajib di film-film race mobil-mobil eksotis yang super keren.

Masih belum dapat disejajarkan dengan pesaingnya Fast & Furious yang sudah mendarah daging di benak penonton, tapi setidaknya film ini cukup menghibur, nilai plus pada adegan kebut-kebutan yang konon minim CGI dan aksi kejar-kejaran dengan polisi yang NFS banget...

MMDB 70/100

The Raid 2 - Berandal, (personal movie thoughts)

Pertama-tama karena ini first time movie review disini, saya mau memperkenalkan istilah absurd yang saya bikin sendiri untuk klasifikasi nilai film menurut saya, kalau para pengguna internet sudah mengenal IMDB atau internet movie data base, nah disini saya memakai standarisasi bernama MMDB, yaitu my movie data base, so semua disini menurut saya pribadi lho ya :)

Nah langsung aja review pertama ini adalah sebuah film indonesia yang menurut saya bersejarah, ya, bersejarah, THE RAID 2 - Berandal.


Kenapa bersejarah? Menurut saya the raid 2 telah menetapkan standar baru untuk membuat film action di dunia perfilman bukan hanya di indonesia tapi juga seluruh dunia. Yang menarik adalah pendapat beberapa pengamat film terpecah menjadi dua, ada yang pro namun ada pula yang kontra. Sekali lagi semua berhak berpendapat, baiklah mungkin kita bahas beberapa poin yang membuat beberapa penikmat film kurang mengapresiasi the raid 2;

Yang pertama adalah membandingkan film ini dengan yang pertama, dimana film pertama adalah pengalaman film action murni yang hampir tanpa cerita, sedangkan film kedua ini diset sebagai film action dengan sentuhan cerita ala mafia, yang mengingatkan saya pada trilogi infernal affairs. Memang cerita yang ditampilkan tidak istimewa tetapi menurut saya tidak bisa dikatakan buruk juga, baru saja tadi saya menonton film terbaru marvel yang jauh lebih buruk dari segi cerita.

Kemudian beberapa adegan yang membuat penonton bingung karena situasi yang digambarkan tidak seperti di Indonesia, salju, subway, penjara yang seperti benteng. Well sebenarnya tidak pernah dijelaskan kalau universe The Raid adalah Jakarta yang kita kenal, seperti Gotham City di film Batman atau Metropolis di film Superman, Jakarta disini adalah universe The Raid yang lepas dari Jakarta yang kita kenal.

Kita berpindah pada aspek-aspek yang membuat saya amazed dengan film ini, pertama dari segi teknis, dengan segala keterbatasan yang ada Gareth Evans dan kru nya mampu mengeksekusi gambar-gambar indah dengan angle susah. Dibandingkan film berbujet 100juta dollar ++ dari hollywood, berandal mampu menyuguhkan sajian visual yang indah bahkan puitis. Adegan fighting yang nyaris tanpa cela, long scene, wide shoot, vertical shoot, bahkan adegan car chase yang mampu disejajarkan dengan adegan serupa di film-film bourne.

Kemudian vareasi karakter dalam film ini, semua terpampang di poster resmi Berandal, polisi korup, bos mafia, anaknya yang haus kekuasaan, asasin, female killer sampai reinkarnasi tokoh favorit kita semua si Mad Dog, sedikit melelahkan mengikuti semuanya tapi itu bagi saya justru membuat film ini menarik.

Terakhir tentu saja koreografi adegan-adegan fighting yang luar biasa, prison riot, subway scene, kitchen scene, tarian indah pencak silat yang bone crushing mampu membuat saya ngilu sedikit waktu menonton nya.

Semua kembali lagi kepada masalah selera, tapi menurut saya seperti yang saya sebutkan diatas ini adalah sebuah sejarah dari perfilman indonesia, walaupun sutradaranya asing tapi ini tetaplah sebuah Film Aseli Indonesia yang sangat membanggakan.

MMDB 98/100