Rabu, 24 Desember 2014

The Hobbit - Battle of the Five Armies [Movie Review]


Saya awali review film ini dengan mengatakan bahwa seri pamungkas The Hobbit ini bukanlah seri terbaik dari franchise Middle Earth arahan Peter Jackson, bahkan ini adalah seri paling mengecewakan menurut saya...

Perang Perang dan Perang, kalau mau diringkas itulah inti dari film ini, well judulnya sedikit banyak memang menyiratkan itu.. Entah mungkin Peter Jackson sudah kerasukan roh Michael Bay sehingga terlalu banyak adegan perang maha dahsyat yang lama-lama menjadi monoton dan membosankan. Mungkin keputusan membagi sebuah buku "tipis" menjadi tiga film sesungguhnya kurang tepat, terlalu banyak filler yang dipaksakan pada trilogi ini, jika dalam seri pertama (dan mungkin pada film kedua-nya) trilogi ini "masih" terlihat berjiwa, namun tidak pada seri terakhir ini, it totally lost it.

Visualisasi film ini memang tak tercela, namun entah kenapa saya masih lebih suka adegan-adegan perang pada trilogi Lord of the Rings yang walaupun dibuat dengan teknologi yang lebih "sederhana" namun terlihat lebih indah. Jika pada film pertama adegan Gandalf dan para kurcaci kabur dari kejaran troll sangat memorable, begitu pula di film kedua saat Bilbo dan para kurcaci kabur menggunakan barrel di sungai, maka tidak ada satupun adegan seperti itu di film ketiga ini, karena mungkin kadar action yang over dosis semua terlihat hambar.

Apalagi jika dibandingkan dengan seri penutup trilogi aslinya Lord of the Ring, yaitu Return of the King, yang sungguh sangat mengharukan dan menyentuh, Battle of the Five Armies gagal menciptakan efek yang sama, terkesan film ini hanya tampil melengkapi cerita yang tertunda.

MMDB : 75/100




The Hundred-Foot Journey [movie review]


Hassan Kadam dilahirkan menjadi seorang juru masak handal dan berbakat, bersama keluarganya dia terpaksa meninggalkan India setelah tragedi yang menimpanya dan keluarganya sehingga harus ber-migrasi ke eropa. Terjebak di sebuah desa kecil di pedalaman Perancis sang Papa justru memutuskan meneruskan usaha keluarga dan membangun restoran India disana, celakanya hanya 100 kaki dari restoran mereka telah berdiri sebuah restoran Perancis ternama yang menyandang predikat Michelin Star Restaurant.

Sebuah Feel Good movie yang ringan dan manis, dengan mengangkat tren seputar kuliner yang berpotensi membuat lapar.. Ceritanya cukup simple dan hangat, bahkan cenderung klise, namun disampaikan dengan cukup baik. Sajian yang pas untuk dinikmati saat bersantai dan mampu memberi semangat pada diri sendiri setelah menontonnya.

Sinematografi yang indah, musik yang juga pas. Sebenarnya agak disayangkan film ini tidak sekalian dibuat lebih otentik dengan lebih banyak menggunakan bahasa Perancis dan India, karena menurut saya itu akan jauh lebih menarik dibanding dengan Hollywood logic dimana semua orang dimanapun berbahasa inggris.

MMDB : 80/100



Kamis, 20 November 2014

Hunger Games - Mockingjay . Part 1 [movie review]


Sekali lagi kita di Indonesia diuntungkan karena bisa menyaksikan premier film box-office bahkan lebih cepat dari negara asalnya, seri ketiga Hunger Games, Mockingjay [part1] sudah bisa dinikmati sejak Kamis 20 November 2014, sedangkan di Amrik sana baru bisa disaksikan keesokan harinya tanggal 21 November 2014.

Meneruskan seri sebelumnya saat terakhir Katniss berhasil diselamatkan dari arena Hunger Games oleh distrik 13, Mockingjay secara garis besar menceritakan sepak terjang Katniss sebagai wajah simbol pemberontakan terhadap Capitol yang dimotori oleh distrik 13. Sementara Katniss aman di distrik 13, Peeta tidak berhasil diselamatkan dari arena pertandingan dan kini berada ditangan Capitol.

Mengadopsi tren buku seri yang di filmkan, buku ketiga seri Hunger Games ini-pun dibagi menjadi dua bagian, memberikan ruang cukup luas untuk memasukkan sedetil mungkin cerita asli bukunya kedalam layar, dan ini dilakukan dengan sangat baik dalam film ini. Kekompleks-an cerita dalam bukunya mampu tertuang dengan baik, jika ini dilakukan pada dua film sebelumnya (minimal menambah durasi film) mungkin akan membantu penonton yang belum membaca bukunya untuk lebih mengerti kompleks-nya hubungan Katniss - Peeta - Gale. Sebuah love triangle yang jauh lebih sweet daripada cerita Bella - Edward - Jacob yang penuh ke-lebay-an itu.


Sisi negatifnya kita harus menunggu cukup lama untuk menonton kelanjutannya walau memang disisi bisnis tentu saja lebih menguntungkan. Saya pribadi lebih memilih durasi panjang dibandingkan harus membagi film seri seperti ini menjadi dua part.

Dari berbagai sisi film ini cukup rapih, tidak ada yang dikeluhkan dari segi efek visual, cerita, musik, cast, semua melanjutkan seri keduanya yang sudah sangat baik. Nilai lebih untuk scoring nya, aransemen musik yang pas, dan nada khas Mockingjay yang disenandungkan sepanjang film mampu membangun mood dan emosi penonton. Jennifer Lawrence memang dilahirkan untuk memerankan Katniss, padanannya mungkin D.Radcliffe sebagai Harry Potter.


Overall seri ketiga ini sanggup memuaskan pembaca novel Hunger Games dan pastinya menarik bagi para penikmat film Hunger Games sebelumnya, walaupun cerita akan terpotong secara nanggung ditengah jalan. Sequel yang cukup solid dan layak dinanti...
happy watching.

MMDB : 90/100 



Minggu, 16 November 2014

Begin Again [2013] - Movie Review


Reaksi pertama setelah selesai menonton film ini pada umumnya adalah membuat kita mencari (mendownload) original soundtrack nya, karena lagu-lagu di film ini sangat-sangat keren!!!

Begin again, seperti kebanyakan film anti mainstream lainnya tidak dapat kesempatan untuk tayang di bioskop-bioskop kesayangan di kota anda, padahal "the idea" untuk menonton film dengan scoring, original soundtrack dan sinematografi seindah ini di bioskop sungguh sangat amat menyenangkan. Begin again bisa dibilang versi indie dari film RomCom "Music & Lyric" (Hugh Grant - Drew Barrymore) yang hadir lebih jujur dan tanpa sugar coating khas Hollywood.

Berkisah tentang dua orang "patah hati" yang dipertemukan oleh "takdir", Gretta (Keira Knightley) adalah seorang song writer berbakat dan idealis yang baru saja mengalami tragedi percintaan, sedangkan Dan (Mark Ruffalo) seorang produser rekaman veteran yang sedang terpuruk dan baru saja dipecat, pertemuan keduanya diceritakan dengan unik dalam alur tidak linier yang mengawali film ini.

Dari sana kita mulai dibawa dalam cerita film yang sebenarnya tidak sulit ditebak mengenai perjuangan keduanya membuat sebuah album indie berlatar kota New York. Seperti RomCom lain hubungan kedua tokoh utama mulai berkembang, tetapi Begin Again tidak lantas terjebak dalam repertoire khas film-film komedi romantis. Dibalut sederetan soundtrack yang sangat pas mengisi tiap adegan di film ini, yang bahkan dinyanyikan sendiri oleh Keira Knightley dan tentu saja Adam Levine, menjadikan Begin Again salah satu film bertema musik terbaik yang pernah saya tonton.



Keira Knightley seperti biasa tampil begitu lovable dengan senyum khasnya dan aksen British yang menggemaskan, menyanyikan lagu-lagu yang tampil di film ini sendiri, Keira tampil begitu meyakinkan sebagai musisi dan penulis lagu. Mark Ruffalo juga tampil sangat baik memerankan seorang washed out music producer dan ayah dengan rumah tangga kacau balau. Serta yang tidak kalah penting penampilan perdana Adam Levine dalam sebuah full Movie juga patut diacungi jempol, apalagi saat membawakan lagu "Lost Stars" its Amazing!!!

Adalah John Carney sutradara asal Irlandia yang sukses dengan Film low budget "Once" di negaranya yang menggawangi film ini. Dibawah arahanya Begin Again sukses tampil lebih Edgy namun tetap mudah untuk diikuti, tetap lucu, menyentuh sekaligus romantis dengan caranya sendiri.

MMDB : 90/100





Minggu, 09 November 2014



The wait is over, yes interstellar is here....
Digadang-gadang menjadi the "best" movie of 2014, interstellar ternyata sama sekali tidak mengecewakan. Cukup aman untuk mengatakan ini adalah salah satu SCI-FI movie terbaik sepanjang masa.

Selama hampir 3 jam kita akan disuguhi cerita drama hubungan ayah-anak yang dibalut oleh salah satu rangkaian fiksi ilmiah paling rumit, kompleks namun "mungkin" sekaligus juga paling Possible yang pernah dibuat manusia. Memang perlu perhatian "lebih" dalam menyimak film ini, walau tiap lakon scientist didalamnya berusaha menjelaskan segala pilar ilmiah film ini semudah mungkin bagi kita orang awam yang menontonnya. Namun dibalik segala embel-embel ilmiahnya, sejatinya interstellar menyuguhkan sajian drama yang cerdas, dengan alur yang mengejutkan, twist yang briliant khas Nolan dan seperti yang disebutkan sebelumnya sebuah drama yang manis dan hangat.
Semua itu dibungkus rapi dengan visualisasi terbaik yang dapat diciptakan umat manusia saat ini dan komposisi musik monumental Hans Zimmer, membuat durasi 3 jam menjadi hal terakhir yang akan kamu keluhkan selama menonton film ini, bahkan setelah 3 jam yang panjang itu usai, kebiasaan Nolan menggantung ending film membuat kita berharap film masih belum usai untuk menjawab semua pertanyaan yang muncul.

Alkisah di masa depan yang tidak lama lagi, bumi tengah sekarat, seluruh sumber daya manusia terfokus untuk menjaga manusia tetap dapat hidup diatas bumi, mantan pilot NASA, Cooper beralih pekerjaan menjadi seorang petani, karena pada masa itu NASA sudah tidak dibutuhkan, seluruh dunia sibuk bertahan dari ancaman kelangkaan pangan dan badai debu. Bersama mertuanya Donald serta kedua anaknya Murphy dan Tom, Cooper tinggal di sebuah pertanian yang terus menerus diserang badai pasir, hanya jagung yang dapat tumbuh saat itu. Namun "takdir" berkata lain, lewat serangkaian peristiwa akhirnya Cooper dibawa kembali bekerja sebagai pilot NASA yang menerbangkan sekelompok ilmuwan menyebrangi galaksi demi mencari planet baru untuk dihuni manusia.


 
Dimulailah penjelajahan antariksa melalui worm hole yang memungkinkan manusia menjelajah galaksi lain, sederetan teori-teori ilmiah akan ditemui dalam film ini, semuanya diletakkan dengan penuh perhitungan membuat premis Interstellar terlihat cukup plausible. Interstellar mengingatkan kita betapa kecilnya kita di alam semesta dan betapa luasnya alam semesta ini, bahkan bukan hanya ruang dan waktu yang kita tempati, lihat dan rasakan sekarang, tapi juga dimensi lain yang divisualisasikan dengan cukup pintar, Interstellar juga mengajak kita berpikir bagaimana posisi theologi dalam eksistensi kita di alam semesta ini, hm...

Pujian patut dialamatkan kepada McCounaghey(Cooper) dan Mackenzie Foy (Murphy), yang berperan apik sebagai ayah dan anak, sebagai aspek drama dari film ini hubungan ayah - anak mereka membangun fondasi emosi penonton, alih-alih romansa klise antara dua tokoh utama Interstellar menyuguhkan kasih sayang ayah - anak yang lebih murni, sehingga lebih menyentuh, dan itu dibawakan dengan sangat baik oleh McCounaghey dan Foy.



Terlepas dari semua itu film ini adalah salah satu karya Nolan yang paling ambisius, mungkin bukan yang terbaik, namun jelas lebih baik dari rata-rata film Hollywood yang rilis belakangan ini, dan dengan pasti menjadi salah satu film favorit saya. Jangan buang waktu menunggu versi Blu ray rip nya, kunjungi layar terbesar yang tersedia dan nikmati keindahan film ini secara maksimal...

MMDB : 98/100





Senin, 20 Oktober 2014

Purge Anarchy [movie review]


Tahun 2023, tingkat kejahatan di Amerika sangat rendah, namun semua itu bukan tanpa sebab, setahun sekali selama 12 jam dari pukul 7 malam sampai pukul 7 keesokan harinya masyarakat di seluruh Amerika diberikan kebebasan untuk melakukan kejahatan apapun termasuk membunuh. Kira-kira seperti itulah premis cerita film The Purge Anarchy. Film ini sendiri seperti yang bisa ditebak melibatkan sekumpulan orang yang terperangkap dalam annual purging ini. Para jiwa-jiwa yang liar memanfaatkan momen tahunan ini untuk melepaskan nafsu mereka sementara warga lain yang tidak berpartisipasi dalam annual purging ini berusaha sekuat tenaga membentengi diri.

Kelima karakter yang terjebak dalam ke-chaos an malam itu memiliki berbagai latar belakang, suami istri yang terjebak karena mobilnya mogok ditengah jalan, ibu dan anak dari pemukiman masyarakat miskin sampai seorang tough guy yang memiliki agenda tersembunyi. Ketimpangan sosial menjadi poin dalam film ini, kesenjangan yang kaya dan yang miskin, jual beli nyawa, dan campur tangan pemerintah dalam annual purging. Secara mengejutkan film ini mengalir dengan baik dan seru, tidak membuat bosan dan ringan, walaupun tetap ada plot-plot klise yang tidak susah ditebak namun tetap mengasyikkan untuk ditonton.

Ternyata film ini adalah sebuah sequel, namun film ini tetap dapat dinikmati sendiri secara utuh, karena premisnya yang unik tetap dijelaskan di awal dan cukup mudah dimengerti. Film ringan yang dapat dinikmati saat bersantai, tidak perlu banyak berpikir, nikmati film ini aksi dan keseruan didalamnya...

MMDB : 80/100

Selasa, 07 Oktober 2014

Interstellar - Trailer Talk


Setelah mengeluarkan tiga official trailer, karya terbaru sineas jenius Christoper Nolan ini mulai terkuak. Dibintangi aktor peraih oscar Matthew McConaughey dan Anne Hathaway yang juga peraih oscar, Interstellar menjanjikan tontonan yang berkualitas, apalagi dengan gaya penyutradaraan Nolan yang tidak perlu diragukan lagi.

Dari trailer resmi yang telah dirilis dapat ditarik kesimpulan Interstellar mengisahkan perjalanan luar angkasa manusia dalam usahanya menemukan tempat baru karena bumi telah "rusak", perjalanan luar angkasa ini menitik beratkan pada penggunaan worm hole sebagai jembatan menuju luar angkasa yang belum pernah dicapai sebelumnya. Kedengarannya memang bukan sebuah ide cerita baru, namun janji Christoper Nolan bahwa ini adalah film "terbaik" yang dia kerjakan tentu saja sangat menggoda, bahkan kata Nolan ini akan lebih baik dari pada Inception karena jalan ceritanya akan lebih mudah dimengerti.



Dari trailernya dapat dilihat gaya penyutradaraan Nolan yang khas, tone kelabu seperti pada inception dan gaya trailer yang sangat mirip dengan trailer Man of Steel. Dimulai dari penggambaran Bumi yang sudah mulai rusak, kehidupan Matthew McConaughey seorang engineer yang awalnya sederhana yang entah bagamana bisa didaulat menjadi salah satu astronot anggota tim expedisi ke luar angkasa, dimana disana dia bertemu Anne Hathaway, perjalanan luar angkasa dan sekilas penampakan worm hole yang konsepnya akan lebih dijelaskan di dalam filmnya tentu saja, sampai pada planet baru yang mereka temukan yang mirip dengan Bumi namun menyimpan banyak ancaman. Mengingat karya-karya Nolan sebelumnya tentu saja kita dapat berharap film ini akan menyimpan banyak kejutan bahkan mungkin twist menggantung yang membuat geregetan (semoga)


Apapun itu kehadiran Interstellar pada bulan November ini tentunya akan sangat dinanti, setelah gempuran film-film musim panas yang menurut saya dimenangkan oleh The Guardians of The Galaxy yang fun, maka sekarang saatnya untuk film yang lebih serius seperti Interstellar ini, selain tentu saja seri ketiga Hunger Games yang sangat dinanti (baca:Jennifer Lawrence).

Senin, 06 Oktober 2014

My Personal Best Motion Picture of All Time (part 1)

Apakah definisi sebuah film "Bagus" menurut kamu? Budget mahal? pemeran utamanya favorit kamu? saduran komik atau buku terkenal? well pasti jawabannya berbeda-beda tiap individu, tapi bagi saya personally sebuah film bisa dikatakan bagus kalau film itu punya after effect pada diri saya setelah saya menontonnya, perasaan puas, senang, terbayang-bayang, bahkan yang paling akut bisa membuat saya gagal move on setelah saya menontonnya. Nah kali ini akan saya coba rangkum beberapa film terbaik menurut saya yang mampu memberikan saya pengalaman tersendiri setelah menontonnya, tapi kali ini saya tidak bisa menentukannya secara berurutan so film - film ini menurut saya equally interesting to watch, here there are...

 500 Days of Summer [2009]


Adalah drama romantis paling keren sampai saat ini yang pernah saya tonton, anti mainstream dan unik. Tema nya sebenarnya klasik, namun hadir dengan lugas, tanpa dramatisasi berlebih, sehingga tidak terkesan cheesy dan lebih mengarah dari sudut panjang pria sebagai protagonis, agak jarang dalam genre ini. Alur yang tidak linier dan banyak insert klip-klip unik sepanjang film. Dipenuhi lagu-lagu indie sebagai soundtrack yang sangat catchy, line-line yang cerdas dan memorable. Definetly one of the best romantic comedy ever made...

People don't realize this, but loneliness is underrated - Tom



Love Actually [2003]


Bisa dibilang ini adalah my ultimate valentine movie, walaupun cheesy, full dramatisasi, namun film omnibus dengan banyak cerita ini tampil sempurna menurut saya, selalu dapat memberi mood booster. Entah sudah berapa kali saya tonton film ini dan efeknya selalu sama. Beragam kisah cinta manis yang mampu mengalihkan sementara dari realitas yang sering kali menyakitkan (jlebb).

Before Sunset [2004]


"Before" Trilogi bagi saya adalah trilogi drama paling Epic, berselang sembilan tahun dalam tiap serinya, dengan format real time, jadi kita diajak dalam perjalanan cinta tokoh dalam film ini selama 18 tahun, mulai dari masa muda mereka hingga mereka paruh baya. Diisi sebagian besar dengan dialog-dialog cerdas sepanjang film yang sangat realistik, praktis sepanjang film kita "hanya" disuguhi tontonan dua orang yang saling mengobrol secara natural, dan disitulah letak kejeniusan film ini. Before Sunrise, Before Sunset dan Before Midnight adalah ketiga seri dari trilogi ini, dan my personal favorite is the second one, percakapan Jesse (Ethan Hawke) dan Celine (Julie Delpy) di masa dewasa mereka yang bertemu kembali setelah pertemuan tak sengaja mereka di Wina sembilan tahun silam terasa sangat menarik, jujur, smart dan alami, bagaimana mereka berusaha mengejar waktu yang hilang dimana kehidupan nyata mengambil alih.

Even being alone it's better than sitting next to your lover and feeling lonely. - Celine

The Shawshank Redemption [1994]


Sebelum menonton langsung film ini banyak forum dan review yang mengkategorikan film ini sebagai salah satu best movie ever made, dan setelah menontonnya, saya tahu kenapa. Film yang kelihatannya "berat" ini ternyata mengalir dengan sangat menyenangkan, plot nya benar-benar menarik dan ada sedikit twist mengejutkan. Film yang mengajarkan nilai-nilai persahabatan, kepercayaan dan kemanusiaan. Cast sempurna yang bermain sangat baik, demikian pula penyutradaan terbaik dari sutradara Frank Darabont yang mampu menterjemahkan karya tulis Stephen King dengan sempurna bahkan melebihi ekspektasi.

Forest Gump [1994]


Masih film drama, dan dari tahun 1994 juga, kali ini adalah film legendaris yang sudah diputar berkali-kali di Tv, Forest Gump. Kisah dramatis kehidupan Forest Gump mulai dari dia kecil sampai dewasa ini memang sangat menyentuh, jujur dan sweet. Action, drama, komedi semua bercampur dengan paduan sempurna di film ini. Kisah cinta dan persahabatan yang benar-benar tulus, dijamin mampu meninggalkan bekas yang dalam pada penontonnya. Line-line dalam film ini juga menjadi quote yang meaningful.

“My mama always said, ‘Life was like a box of chocolates. You never know what you’re gonna get.’”-Forrest


Armageddon [1998]



Michael Bay tidak selalu menjadi sutradara yang buruk, Armageddon, Pearl Harbor, dan seri pertama Transformer adalah beberapa karya sukses Bay yang saya kategorikan film bagus. Kali ini deretan cast yang sempurna dengan chemistry yang ajaib menyelamatkan film ini, berbalut ke-lebay-an ala Bay yang khas kekuatan tiap cast nya malah membuat film ini begitu menyentuh dan heroik dalam kadar yang pas. Ditambah soundtrack ikonik film ini adalah sains fiction era 90 an terbaik menurut saya. Welldone Mr.Bay

LOTR Return of The King [2003]


Trilogi Lord of The Ring memang trilogi yang luar biasa, Peter Jackson sukses menterjemahkan kerumitan dunia Middle Earth rekaan J.R.R Tolkien kedalam bahasa visual, tidak heran prequel LOTR, "The Hobbit", kini turut dibuatkan Trilogi sendiri. Diantara ketiga seri awal LOTR bagi saya yang paling bagus adalah seri pamungkasnya Return of The King, epic, sentimentil, seru, dan kaya special efek menawan. Akhir perjalanan Frodo dan kawan-kawannya melawan bangkitnya Sauron yang hendak menguasai middle earth ini benar-benar sebuah film epic terbaik menurut saya, scene battle yang megah dan unforgettable, kesetiaan yang tulus dari Sam kepada Frodo, sampai yang paling mengharukan bagi pria manapun yang mengikuti seri ini adalah scene dimana para masyarakat middle earth memberi penghormatan mereka kepada para Hobbit pemberani yang dengan setia memulai perjalanan ini.

To be continue in part 2



 




Annabelle [movie review]


Cukup lama gak update blog ini, dikarenakan kesibukan yang lumayan sibuk (lhoo), memasuki bulan Oktober seperti biasa Hollywood menyambut perayaan Haloween dengan film-film thriller dan horror, genre berbudget kecil namun tetap diminati banyak orang. Sebagaimana film animasi kocak Despicable Me yang memiliki para Minion lucu sebagai scene stealer, film Horor fenomenal tahun lalu The Conjuring memiliki boneka Annabelle yang menjadi sorotan dalam film super serem itu, penampakan Annabelle yang "disturbing" mampu memberikan kengerian tersendiri bagi penonton, oleh sebab itu tahun ini Annabelle tampil di filmnya sendiri sebagai "spinn off" dari Conjuring.

Premis boneka Annabelle yang sudah dikenal langsung menjamin kepopuleran film ini, digarap oleh sineas yang sama, kurang lebih Annabelle tampil "agak" identik dengan Conjuring, penataan sinematografi film horror hollywood yang baik dan yang tidak kalah penting penataan soundnya juga tampil menawan, mampu membuat penonton "jantungan" seperti saya melompat dari kursi dan it works every time.

Namun pada akhirnya formula tokcer ini tidak dibarengi dengan cerita yang baik, penggambaran karakter yang dangkal dan cast yang menurut saya kurang tepat. Berbeda dengan Cojuring yang sangat kuat dalam segi cerita dan cast yang mampu  memerankan potret tokoh utama yang based on true story itu dengan baik. Pengenalan karakter-karakter di film Annabelle terasa kurang dinamis dan seolah-olah hadir begitu saja membuat saya kurang bisa bersimpati kepada mereka, seharusnya film ini mampu menggali karakter-karakternya dengan lebih dalam, namun Annabelle tampil begitu cepat dan instan dalam 99 menit saja, sehingga terkesan terburu-buru.

Hasilnya menurut saya Annabelle tidak mampu hadir sefenomenal Conjuring yang menurut saya "masih" sebagai film Horor terbaik dari Hollywood, walaupun saya akui Annabelle tetap tampil seram dan mengejutkan pada setiap punch line nya.

MMDB : 68/100

Senin, 15 September 2014

LUCY [Movie Review]


"Scarlett Johansson" itulah alasan utama kenapa saya pergi menonton film ini. Entah apa itu tapi pesona Scarlett memang... ah sudahlahh..... :p
Disisi lain premis awalnya sebenarnya cukup menarik, diambil dari teori bahwa manusia hanya memakai 10% dari potensi otaknya, sekarang bagaimana jika seseorang mampu menggunakan 100% kemampuan otaknya, hm... menarik bukan?? Dimulai dari rangkaian nasib buruk yang menimpa Lucy (Johansson), dia terpaksa menyelundupkan narkotik jenis baru yang disembunyikan didalam perutnya, ketika obat terlarang itu bocor dan menyebar kedalam tubuhnya perlahan-lahan Lucy mampu mengakses kemampuan otaknya melebihi manusia normal.

Terdengar menarik bukan dan memang film ini diawali dengan sangat solid, saat Lucy berubah menjadi super human di paruh pertama, film ini sangat enjoyable, seorang gadis bisa mengalahkan segerombolan mafia dengan baku tembak yang memukau terlihat sangat keren, namun memasuki tiga perempat film sampai akhir sepertinya film ini melangkah terlalu "jauh". Sosok Lucy setelah berubah menjadi super human malah seperti tak berjiwa, dan cenderung robotik, belum lagi kekuatan super Lucy menjelang akhir film benar-benar jauuuuh dari bayangan kita, seakan akan Lucy digambarkan sebagai super God. Seluruh plot cerita awal yang mungkin klise tapi fun itu seketika berubah menjadi cerita pencarian arti kehidupan dan alam semesta yang membingungkan, janji akan film action seru dengan premis sederhana yang ringan tiba-tiba di twist menjadi bahasan arti hidup dan materi yang berlebihan (lebay)

Sangat disayangkan potensi cerita yang menarik dari film ini dieksekusi dengan kurang baik, kasarnya setelah lampu menyala di bioskop saya berpikir "what the hell??"

MMDB : 65/100

* 5 points for scarlett johansson who is gorgeous as always


Kamis, 11 September 2014

Chef [Movie Review]


Lelah dengan Big Blockbuster seperti Iron Man, sutradara Jon Favreau mengejar proyek "pribadi" nya dalam Chef, kali ini dia menjadi sutradara sekaligus lead actor, Chef adalah sebuah drama keluarga yang hangat dan ringan, menggambarkan kondisi yang mungkin sering kita alami, disaat kita tertekan dalam pekerjaan yang monoton dan ingin melompat keluar untuk mengejar passion kita yang sebenarnya.

Carl Casper (Favreau) adalah seorang Chef kenamaan yang tiba-tiba kehilangan pekerjaannya di sebuah restoran terkenal, kemudian dia dibantu putranya, sahabatnya, (mantan) istri, (mantan) suami (mantan) istrinya memutuskan mengejar keinginannya untuk dapat memasak apapun yang dia inginkan dan menjualnya dengan Food Truck yang sekarang sedang Hype di Amerika sana.

Chef adalah "feel good" movie yang mampu menyemangati kita dan membuat lapar karena makanan-makanan lezat yang digambarkan di film ini. kisah keluarga yang manis, persahabatan dan perjuangan penuh inspirasi yang tampil ringan tanpa berkesan menggurui. Sit back, relax and enjoyed this movie with a slice of sandwich or pizza, or what the hell maybe both :)

MMDB : 80/100

Sabtu, 06 September 2014

Hercules [2014] - Movie review



Ingin mendapat hiburan ringan di akhir pekan tanpa perlu banyak berpikir? Well kalau begitu ini adalah film yang tepat untuk kamu tonton, datang ke bioskop, nikmati filmnya lalu setelah lampu bioskop menyala lupakan dan kembali ke dunia nyata. Tidak ada yang "salah" dari film ini, action ciamik, komedi yang lumayan memancing tawa dan cerita yang "beda" dengan pakem Mitologi sang manusia setengah dewa sebelumnya. Namun film ini seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya gagal untuk menghadirkan suguhan yang mampu membuat kita mengingatnya selepas kita keluar dari pintu theater.

Akting The Rock tidak buruk, dia tampil cukup baik bagi jajaran aktor berotot Hollywood, namun yang lebih menarik adalah para sidekick nya yang beraneka ragam, mereka masing-masing memiliki karakter unik yang mampu menjadi scene stealer. Meneruskan tren Hollywood untuk me-recycle kisah-kisah lama dengan twist baru seperti pada Hansel & Gretel, Snow White, Maleficent, Jack the Giant Slayer dan banyak film sejenis, Hercules 2014 tampil dengan twist-nya tersendiri yang memang merupakan cerita yang baru bagi legenda putra haram Zeus ini, dan "mungkin" berbeda dari Hercules yang selama ini kita kenal. Namun alur ceritanya bagi saya terlalu mudah ditebak, minim kejutan dan agak klise, ini seringkali membuat saya heran, kenapa Hollywood sering sukses menghasilkan series yang membuat kecanduan tapi seperti kesulitan untuk mengemas film panjang dengan kualitas cerita yang cukup decent??

Overall film ini tidak sepenuhnya gagal, dia tetap mampu menjadi tontonan yang menyenangkan dan menghibur, namun jelas bukan sebuah saga monumental yang memorable.

MMDB : 65/100


Kamis, 28 Agustus 2014

The Fault In Our Stars [movie review]


Satu lagi adaptasi novel young adult dari Hollywood, namun kali ini bukan kisah perjuangan fantasi menantang maut seperti Hunger Games atau Divergent, kini giliran novel Romance yang disadur menjadi film layar lebar, dan kali ini Hollywood melakukannya dengan baik.

Kisah cinta manis nan mengharukan tentang sepasang remaja pengidap kanker yang berusaha melawan penyakitnya sambil merasakan kisah cinta dalam bentuknya yang paling murni. Chemistry kedua pemeran utama terasa begitu pas, satu lagi penampilan prima dari Shailene Woodley yang sepertinya akan menjadi the next Jennifer Lawrence. Walaupun mampu membuat temen cewek ane mewek sampai bengkak matanya tapi untuk ukuran cowok sepertinya tidak terlalu memilukan, meski sempat menyentuh juga, terutama di bagian akhir.

Film ini mampu menggambarkan kisah penuh cinta, perjuangan, pengorbanan, persahabatan dengan tanpa dramatisasi berlebih yang lebay, kita diajak melihat kehidupan dari sudut pandang penderita kanker tanpa stereotype yang selama ini ada, melainkan bagaimana mereka melihat dunia secara lebih fun, enjoy, dengan keikhlasan yang tidak dibuat-buat.

Overall this is a nice, light, romantic movie, have a great time watching it :)

MMDB : 80/100

Kamis, 21 Agustus 2014

Guardians of the Galaxy "The BEST Marvel Movie - EVER!!!" [Movie Review]


Guardians of the Galaxy, diatas kertas tidak ada yang menyangka film ini bakal menjadi film keren, cast yang biasa saja, tokoh super hero yang bahkan mungkin baru pertama kali kita dengar, ini adalah sebuah usaha penuh resiko dari Marvel, namun ternyata film ini mampu mengembalikan Respect saya pada pabrik superhero yang satu ini. Ini adalah film Marvel TERBAIK yang pernah saya tonton.

Rilis di Indonesia sangat terlambat dibanding di Amerika sana, tidak tahu kenapa karena biasanya rilis film Marvel di Indonesia bersamaan dengan di Amerika, hal ini membuat saya sudah aware dengan reputasi film ini yang denger-denger bagus banget, ditambah skor 8,6 dari IMDB yang menguatkan kabar angin tersebut. Namun sengaja saya tidak membaca review film ini untuk mendapat elemen surprise dalam menontnnya, karena siapa yang tidak suka dengan kejutan yang menyenangkan, dan as i hope i was AMAZED with this movie...



Sesaat setelah prolog singkat masa lalu tokoh utama Peter Quill, kita diajak melompat 26 tahun kedepan dan memulai petualangan di luar angkasa. Dibuka dengan lagu Come and Get Your Love dari Redbone, kemudan tulisan besar Guardians of the Galaxy terpampang hampir memenuhi layar, saat itu juga saya sudah jatuh cinta pada film ini, dan saya yakin saya akan bersenang-senang selama dua jam kedepan.

Benar saja jalan cerita yang sebenarnya simple mampu disajikan dengan sangat fun oleh para penjahat[penjaga] alam semesta ini, kita dibuat masuk kedalam universe mereka dan care pada setiap karakternya tanpa terlalu banyak dramatisasi yang bertele-tele.



Yang paling JENIUS dari film ini adalah MUSIKNYA!! Menggabungkan lagu-lagu hits tahun 70an dengan backdrop angkasa luar dengan cara yang cerdas melalui kaset warisan "Awesome Mix Vol.1" dari ibu Peter berisi lagu-lagu pop kesukaan ibu Peter dari tahun 70an, absurd-nya lagu-lagu yang miss-fit dengan suasana luar angkasa tersebut mampu menjadi aspek paling asyik dan memorable dalam menonton film ini, saya tidak bisa berhenti tersenyum dan manggut-manggut sendiri mengikuti alunan musik.



Jelas film ini berkaitan langsung dengan universe Avengers Marvel, jika kamu teliti pasti kamu bisa menebak mana saja easter eggs tersebut, terutama berkaitan erat dengan film pertama Avengers.
Bisa dikatakan film ini adalah film pembuka dari franchise film Guardians of the Galaxy, tentu saja, dengan banjir pujian kritikus serta raihan Box Office yang gemilang tidak mengherankan kalau film ini segera dibuatkan sequelnya. Semoga film-film  Guardians of the Galaxy selanjutnya mampu mengulang kesuksesan film ini.

Terakhir, jika kamu menanti hidden scene pada akhir credit title film ini dan berharap akan melihat scene penting yang menghubungkan film ini dengan film Marvel selanjutnya, well kamu tidak perlu repot, karena hidden scene nya ternyata cuma gimmick humor semata, tidak krusial dan related dengan film Marvel selanjutnya.

MMDB 90/100


The Monuments Men [Movie Review]


Kisah Perang Dunia ke 2 salalu menarik untuk diangkat menjadi sebuah film, mungkin puluhan bahkan ratusan film bertema PD2 sudah dibuat, baik itu pure fiksi atau dengan embel-embel based on true story. Kali ini sebuah film PD2 dua dengan embel-embel true story kembali dibuat, menceritakan "kisah nyata" satuan khusus sekutu dalam mengamankan koleksi seni berharga eropa dari ancaman Nazi Jerman.

Premisnya sebenarnya menarik, dimana para pengamat seni yang notabene bukan sosok tentara ideal, harus ikut terjun ke medan perang untuk menyelamatkan koleksi berharga seni rupa eropa ditengah PD2. Namun formula keroyokan bintang-bintang papan atas Hollywood sekelas Clooney, Matt Damon, Bill Murray, sampai Cate Blanchett dirasa kurang chemistry, upaya menghasilkan Ocean's Eleven atmosphere dalam jajaran pemain di film ini bisa dibilang gagal. Minim konflik berarti dalam film dan penyajian yang standart membuat film ini kurang berjiwa.

MMDB  : 60/100



Jumat, 15 Agustus 2014

Transcendence [Movie Review]


Sudah lama rasanya tidak melihat Johnny Depp berperan tanpa berubah menjadi tokoh eksentrik, baik itu bajak laut dengan eyeliner hitam legam atau indian dengan burung mati sebagai hiasan kepala (well keduanya mirip sih), tapi sayangnya kehadiran Johnny Depp tampaknya tidak dapat membantu banyak di film ini, well mostly karena sebagian besar dia hanya tampil gambarnya saja di layar komputer sebagai Ai (artificial intelligent) atau kecerdasan buatan.

Ceritanya Tiga ilmuwan yaitu Max (Paul Bettany) dan tim suami istri Will (Johnny Depp) dan Evelyn (Rebecca Hall) telah mengembangkan kode pemrograman untuk yang pertama pada komputer. Ketika sekelompok teroris anti-teknologi membunuh Will maka Evelyn meng-upload otaknya menjadi prototipe superkomputer. Ai Will menjadi super powerfull setelah terhubung ke internet dan lambat laun berubah jadi ancaman baru karena memiliki kekuatan yang tidak terbatas.

Alurnya yang tidak konsisten membuat jalan cerita berjalan sangat lambat dan membosankan di awal film, parahnya itu tidak diimbangi dengan jalan cerita yang menarik di awal film dan pengembangan karakter juga dirasa kurang berhasil. Talent sekelas Morgan Freeman-pun hanya terkesan sebagai tempelan saja. Terlepas dari chemistry yang buruk dari suami istri Will (Johnny Depp) dan Evelyn (Rebecca Hall) justru karakter Max mampu menjadi scene stealer, hampir seperti Max memiliki rasa cinta pada Evelyn yang menjadi istri sahabatnya, hampir seperti itu (setidaknya yang saya lihat).

Baru menjelang akhir tempo film menjadi lebih cepat dan seru, namun usaha membuat twist ending juga terkesan tanggung dan inconclusive hanya menyisakan rasa bingung yang dangkal, yang seolah-olah (dapat) membuat film ini lebih "berat", tapi tidak sampai membuat kita geregetan seperti waktu menonton ending film Inception.

Terlepas dari itu semua harus diakui ide cerita film ini cukup menarik juga relate dengan kehidupan masyarakat modern yang terlalu bergantung dengan teknologi, pesan moral yang disampaikan setidaknya cukup mengena dan membuat kita berpikir what if...


Mmdb : 70/100



Kamis, 14 Agustus 2014

The Grand Budapest Hotel [movie review]


Sederet bintang papan atas Hollywood disatukan dalam ramuan tepat dalam sebuah film yang unik, quirky, dark sekaligus colorfull, mungkin generasi selanjutnya akan menyebut film ini sebagai Cult Movie. Penyutradaraan Wes Anderson sangat berpengaruh dalam menghasilkan segala sesuatu yang kita lihat di film ini. Tone warna pastel vanilla yang menjadi nuansa tersendiri, pergerakan kamera yang dinamis namun berkesan vintage sampai pergantian aspect ratio gambar yang silih berganti. semua diramu dengan pas menghasilkan sebuah masterpiece yang one of the kind.

Plot nya sebenarnya sederhana, sedikit dibuat flashback namun tetap linier. Ini bukan film yang "berat" dan susah diikuti namun kemasannya sangat anti mainstream dalam kapasitas yang dapat dengan mudah dinikmati, sebuah hal yang jarang ditemui, disanalah kejeniusan Wes Anderson dalam menyutradai film ini.


Perfoma prima dari sederet bintang papan atas Hollywood juga turut menjadi faktor yang membuat film ini berhasil. Mengenai jalan cerita lebih baik tidak saya ceritakan disini, lebih asyik menonton film ini secara clueless sehingga setiap plot dapat dinikmati seutuhnya. Well jika film ini ada dan terkubur dalam dvd koleksimu atau tersimpan jauh dalam hardisk mu segera tonton, relax dan nikmati petualangan menuju eropa di tahun 30an dengan sudut pandang yang unik. Selamat menonton...

MMDB : 90/100

Senin, 11 Agustus 2014

TMNT [2014] - Movie Review


Cowabungga!!!
Memori masa kecil kamu bakal dimanjain dengan film ini. Karakter  TMNT digambarkan fun dan kocak,  sesuai dengan yang saya ingat semasa series nya diputer di TVRI jaman esde dulu (tua bgt yak). Leonardo sebagai pemimpin yang paling dewasa, Raphael digambarkan paling kuat dan galak, Donatello yang pintar dan nerdy, dan favorit saya Michelanggelo yang selengehan.

Film ini sendiri berjalan cukup simple, jalan cerita yang ringan cenderung comedic tidak dark seperti Dark knight atau Amazing Spiderman, mungkin karena diusung oleh Nickelodeon sehingga dibuat supaya children friendly. Jelas diplot sebagai re-boot yang diharapkan berlanjut sebagai sebuah franchise besar nantinya, karena cerita TMNT entah kenapa tidak pernah menjadi franchise yang serius, padahal karakternya sudah cukup dikenal. Tapi melihat versi 2014 ini saya optimis akan kelangsungan franchise TMNT.

Sebelumnya saya sempat salah sangka kalau directornya Michael bay ternyata dia cuma berperan sebagai produser (fiuhh), sutradara film ini adalah Jonathan Liebesman yang sebelumnya menyutradarai Wrath of The Titans dan Battle : Los Angeles yang ternyata lebih baik daripada Bay. Sebagai pilot dari (yang diharapkan) sebuah franchise, penyutradaraan Jonathan Liebesman cukup berhasil.

Well banyak scene keren dan lucu di film ini, scene di bukit salju sangat keren, scene di lift lucu abiez dan jokes-jokes Michelangelo selalu membuat ketawa. Walaupun ada saja movie logic yang janggal dan beberapa plot hole namun masih oke lah, tentu saja si sexy Megan Fox juga menjadi daya tarik tersendiri, after all this movie is worth your time.


Mmdb : 80/100

Kamis, 07 Agustus 2014

Trend [latah] Olahraga

Beberapa tahun lalu, sudah agak lama sempat ada waktu dimana Nge-Gym menjadi sangat populer, waktu itu sepertinya semua orang jadi member gym, termasuk saya, seperti yang bisa dilihat sekarang, well that didn't work :p
Tren olahraga berkembang silih berganti di masyarakat, masih segar di ingatan kita belum lama ini semua orang menggilai sepeda, mulai dari sepeda lipet, sepeda gunung, sepeda fixie sampai sepeda roda tiga, orang-orang rela menghamburkan jutaan bahkan puluhan juta untuk sebuah sepeda dan aksesorisnya.


Seperti umumnya tren pada waktunya akan memudar dengan sendirinya, sisanya bisa kita lihat di garasi-garasi (setidaknya) di sepanjang perumahan tempat tinggal saya, ditutupi debu tebal, sepeda-sepeda seharga motor baru itu bertengger dengan damai. Mau dijual sayang, dibiarin juga ga kepake lagi.
Nah sekarang trend paling baru adalah Lari, ya, lari. Kali ini tren olahraga lari melambungkan usaha penjualan sepatu, warna-warni running shoes dijamin bertebaran tiap pagi dan sore di lapangan-lapangan dekat rumah. Sampai banyak event lari diadakan dengan uang pendaftaran yang tidak murah, dengan modal medali seharga (sekitar) 20k dan kaus partai yang kurang lebih sama harganya, peserta "membayar" untuk ikut lari di event tersebut, bahkan banyak yang rela jauh-jauh datang dari tempat lain untuk ikut berpartisipasi.


well setidaknya tren olahraga adalah tren yang positif, mungkin dalam satu-dua tahun tren ini akan memudar dan muncul tren olahraga yang lain, panjat tebing? hula-hop?

Bali : Pulau seribu Festival [Kali ini bukan review film]

Entah kapan tepatnya Bali sebagai tujuan utama wisata di indonesia mulai mengasimilasi trend penyelenggaraan festival-festival seperti yang lebih dulu ada di tempat lain, festival disini lebih sering berdasarkan lokasi mulai dari kuta karnival, sanur village festival sampai nusa dua fiesta dan banyak lagi...


Jika festival-festival diatas umumnya diselenggarakan oleh semacam pemerintah setempat (ga tau juga saya pastinya) nah belakangan muncul festival yang pure swasta, memang jadinya ada HTM untuk memasuki area festival, tapi bintang tamu yang ditampilkan juga ga tanggung-tanggung, salah satunya Jazz Market by the sea yang diadain Taman Bhagawan Benoa, dengan special perfomance dari Tulus :D


Ya, Tulus!!! kalo ga salah itung ini kali kedua Tulus manggung di Bali, waah can't hardly waiting nih sampai tanggal 16. Walaupun tiketnya lumayan, tapi kalo Tulus yang manggung wajib ditonton itu...
Untuk info lengkap bisa diakses disini http://www.jazz-market.com/
Setelah Jazz Market yang ga kalah seru adalah SVF atau Sanur Village Festival, festival ini menurut saya masih yang paling baik diantara yang lain, lokasi yang convenience, gratis, artis-artisnya lumayan dan yang paling penting makanan yang dijual enak-enak hehehe...

Rabu, 06 Agustus 2014

Divergent [2014] - movie review


Fenomena adaptasi novel menjadi film layar lebar memang tidak ada habis-habisnya di Hollywood, setelah lepas dari saga Twilight yang melelahkan karena kita (dipaksa) memelototi close up wajah Edward Cullen selama empat seri filmnya kini kita disuguhi universe post apocalyptic bertitel Divergent.

“Divergent” menceritakan dunia masa depan dimana manusia dibagi menjadi lima faksi menurut karakteristik mereka masing-masing. Kelima jenis kategori tersebut adalah Candor (jujur), Erudite (genius), Amity (suka damai), Dauntless (pemberani) dan Abnegation (penolong tanpa pamrih).
Sedangkan untuk kategori "Divergent" adalah kategori yang tidak termasuk ke dalam kelima jenis kategori karakteristik tersebut karena memiliki berbagai macam kepribadian yang menonjol dalam dirinya. 

Tokoh utama kita Tris diperankan oleh Shailene Woodley seperti judulnya adalah seorang Divergent, yang berasal dari faksi Abnegation. Tokoh perempuan sebagai tokoh utama sepertinya menjadi pakem tersendiri untuk novel Young Adult, mulai dari Twilight, City of Bones, sampai idola saya Katniss Everdeen semuanya kaum Hawa, namun disini menurut saya Tris tidak se-tegar Katniss, Tris terasa lebih soft, dan sudut pandang feminim masih sangat kental, baik di bukunya maupun filmnya, kecenderungan Four (Love interest Tris) - sentris juga terasa seperti pemujaan terhadap Edward Cullen di saga Twilight. 

Overal saga ini cukup menjanjikan dan sepertinya akan berlanjut. Well setidaknya lebih baik dari City of Bones yang kelewat mengecewakan.

MMDB 80/100

 
 

500 Days of Summer [2009] - (still) the best ROMCOM ever!!!


Entah sudah berapa kali saya nonton film ini, setelah menulis ini rencananya saya akan nonton film ini sekali lagi, ya film ini memang sangat cocok ditonton waktu lagi galau, wah malah jadi curhat :p

Hm... mulai dari mana ya, begini, sebagai cowok, film ini terasa bisa mewakili, karena sangat jarang ROMCOM yang dituturkan dari sudut pandang laki-laki. Cerita yang disuguhkan sebenarnya cukup klise, Boy meet girl, Boy fell in love with that girl, Boy di PHP-in (jlebb) namun alur yang tidak linier, dose of truth yang menyakitkan tanpa dibumbui sugar icing khas Hollywood, dan penggambaran situasi yang kreatif membuat film ini tampil begitu beda dan memorable. Jajaran soundtrack yang apik juga menambah daya tarik film ini.

Sebenarnya alur film ini bisa dibilang lambat, tapi semua disajikan dengan menarik sehingga kita tidak bosan, perfect cast, chemistry yang ditampilkan dua tokoh utama terasa begitu real. Jika film ROMCOM lain tampil penuh dramatisasi maka 500 days of summer tampil satir namun tetap manis.

Film ini masuk list #10 film terbaik menurut saya

MMDB 98/100




Need For Speed 2014. [personal movie review]


Film yang diadaptasi dari game sering kali Flop dipasaran, sebut saja Street Fighter, Mortal Kombat, Final Fantasy dan masih banyak lagi, namun ada pula yang sukses seperti saga Resident Evil dan (mungkin) Tomb Rider.

Need For Speed hadir sebagai film bertema balap jalanan ditengah dominasi Fast and Furious yang telah menjadi jawara film tema sejenis selama lebih dari satu dekade. Sebagai Non-Gamers jujur saya tidak terlalu mengerti universe NFS, tapi sempat sekali saya memainkan game tersebut di PS3 dan memang, visual di film nya benar-benar sesuai dengan game nya, jadi dari segi konsistensi antar game dan film NFS patut diacungi jempol.

Baiklah dari segi cerita film ini agak kedodoran di awal, cukup seru ketika mulai masuk di pertengahan. Perjalanan di tengah film menurut saya lebih menarik untuk disimak, dibandingkan race pamungkas di akhir film. Selebihnya Hollywood movie 101 diterapkan film ini, Female character yang jadi love interest, kehilangan yang jadi spirit balas dendam, karakter black yang banyak bicara, dan yang wajib di film-film race mobil-mobil eksotis yang super keren.

Masih belum dapat disejajarkan dengan pesaingnya Fast & Furious yang sudah mendarah daging di benak penonton, tapi setidaknya film ini cukup menghibur, nilai plus pada adegan kebut-kebutan yang konon minim CGI dan aksi kejar-kejaran dengan polisi yang NFS banget...

MMDB 70/100

The Raid 2 - Berandal, (personal movie thoughts)

Pertama-tama karena ini first time movie review disini, saya mau memperkenalkan istilah absurd yang saya bikin sendiri untuk klasifikasi nilai film menurut saya, kalau para pengguna internet sudah mengenal IMDB atau internet movie data base, nah disini saya memakai standarisasi bernama MMDB, yaitu my movie data base, so semua disini menurut saya pribadi lho ya :)

Nah langsung aja review pertama ini adalah sebuah film indonesia yang menurut saya bersejarah, ya, bersejarah, THE RAID 2 - Berandal.


Kenapa bersejarah? Menurut saya the raid 2 telah menetapkan standar baru untuk membuat film action di dunia perfilman bukan hanya di indonesia tapi juga seluruh dunia. Yang menarik adalah pendapat beberapa pengamat film terpecah menjadi dua, ada yang pro namun ada pula yang kontra. Sekali lagi semua berhak berpendapat, baiklah mungkin kita bahas beberapa poin yang membuat beberapa penikmat film kurang mengapresiasi the raid 2;

Yang pertama adalah membandingkan film ini dengan yang pertama, dimana film pertama adalah pengalaman film action murni yang hampir tanpa cerita, sedangkan film kedua ini diset sebagai film action dengan sentuhan cerita ala mafia, yang mengingatkan saya pada trilogi infernal affairs. Memang cerita yang ditampilkan tidak istimewa tetapi menurut saya tidak bisa dikatakan buruk juga, baru saja tadi saya menonton film terbaru marvel yang jauh lebih buruk dari segi cerita.

Kemudian beberapa adegan yang membuat penonton bingung karena situasi yang digambarkan tidak seperti di Indonesia, salju, subway, penjara yang seperti benteng. Well sebenarnya tidak pernah dijelaskan kalau universe The Raid adalah Jakarta yang kita kenal, seperti Gotham City di film Batman atau Metropolis di film Superman, Jakarta disini adalah universe The Raid yang lepas dari Jakarta yang kita kenal.

Kita berpindah pada aspek-aspek yang membuat saya amazed dengan film ini, pertama dari segi teknis, dengan segala keterbatasan yang ada Gareth Evans dan kru nya mampu mengeksekusi gambar-gambar indah dengan angle susah. Dibandingkan film berbujet 100juta dollar ++ dari hollywood, berandal mampu menyuguhkan sajian visual yang indah bahkan puitis. Adegan fighting yang nyaris tanpa cela, long scene, wide shoot, vertical shoot, bahkan adegan car chase yang mampu disejajarkan dengan adegan serupa di film-film bourne.

Kemudian vareasi karakter dalam film ini, semua terpampang di poster resmi Berandal, polisi korup, bos mafia, anaknya yang haus kekuasaan, asasin, female killer sampai reinkarnasi tokoh favorit kita semua si Mad Dog, sedikit melelahkan mengikuti semuanya tapi itu bagi saya justru membuat film ini menarik.

Terakhir tentu saja koreografi adegan-adegan fighting yang luar biasa, prison riot, subway scene, kitchen scene, tarian indah pencak silat yang bone crushing mampu membuat saya ngilu sedikit waktu menonton nya.

Semua kembali lagi kepada masalah selera, tapi menurut saya seperti yang saya sebutkan diatas ini adalah sebuah sejarah dari perfilman indonesia, walaupun sutradaranya asing tapi ini tetaplah sebuah Film Aseli Indonesia yang sangat membanggakan.

MMDB 98/100

Sabtu, 12 April 2014

Welcome... Welcome....

Selamat datang....

Perkenalkan saya Wira, cowok pas-pasan yang hobi nonton, profesi sebagai tukang foto dan punya cita-cita simple yaitu untuk bisa hidup dengan happy whatever it means :)
Setelah lama pingin buat blog, akhirnya niatan itu dilakukan juga, semoga ini gak angin-anginan ya :p Rencananya isi blog ini bakal random banget, mungkin kebanyakan review film, review music, buku, sampai mungkin juga politik dikit (rada telat soalnya pilpres nya uda kelar)

Thanks banget buat yang sempet-sempetnya baca blog ini,
So selamat menyimak and your feedback are so..so..welcome :)